MakanGizi.com - Sudah diketahui bahwa stroke menimbulkan kerusakan pada otak. Jika otak mengalami sedikit saja gangguan, maka berdampak pada tubuh secara keseluruhan. Dapat dikatakan software manusia itu ada pada otak.
Padahal berat otak hanya 2 persen dari berat badan manusia. Sebagai perbandingan, jika seseorang memiliki berat badan 75 kg, maka berat otaknya sekitar 1,5 kg atau 1.500 gram.
Ternyata organ dengan ukuran relatih kecil itu mendapatkan porsi 15 persen kiriman darah yang dipompakan jantung. Berarti 85 persen suplai darah sisanya dikirim ke puluhan organ lain. Selain itu, sekitar 15 – 18 persen oksigen yang masuk ke dalam tubuh manusia, dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan otak. Oleh sebab itu otak sangat peka terhadap keberadaan oksigen dan sangat memerlukannya.
Jika otak mengalami gangguan atau kerusakan yang antara lain disebabkan oleh stroke, maka organ tubuh yang lain juga akan terganggu, dari yang agak terganggu sampai sangat terganggu (parah).
Kerusakan otak yang parah dapat menimbulkan kecacatan permanen. Dampak berikutnya ialah terjadinya penurunan kualitas hidup penderita atau keluarganya.
Ternyata penderita stroke banyak yang mengalami kemunduran kognitif, di mana terjadi respon maladaptife yang ditandai oleh daya ingat terganggu, disorientasi, inkoheren dan sukar bepikir logis. Sebagai catatan, koherensi merupakan pengaturan secara rapi kenyataan dan gagasan, fakta, dan ide menjadi suatu untaian yang logis sehingga mudah memahami pesan yang dihubungkannya. Dengan demikian, penderita stroke mengalami kesulitan dalam memahami pesan, karena terjadinya inkoheren. Selain itu, jika seseorang terkena stroke maka kemampuan fisiknya akan melorot drastis, antara lain berkaitan dengan defisit fungsi susunan saraf yang dialaminya.
Menurut Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki), dalam skala global, stroke sekarang berada dalam peringkat kedua, di bawah penyakit jantung ischemic sebagai penyebab kematian dan merupakan faktor utama penyebab kecacatan serius. Dijelaskan bahwa Stroke terjadi setelah peredaran darah mengalami gangguan beberapa waktu. Gangguan ini dapat berupa, penyumbatan pembuluh darah arteri, sehingga menimbulkan infarka Iskemik, disebut juga sebagai stroke non hemoragik. Selain penyumbatan dapat juga terjadi pecahnya dinding pembuluh darah, sehingga terjadi perdarahan di otak stroke hemoragik.
Sedangkan berdasarkan catatan kompas.com, sekarang ini stroke tidak hanya menyerang kelompok usia 55-64 tahun. Orang yang relatif lebih muda pun rentan stroke. Penyakit ini menyerang orang usia 18 tahun dengan persentase 1,7 orang dari 1.000 orang.
Stroke dapat dipicu oleh apa yang dinamakan resiko medis , seperti tekanan darah tinggi (hipertensi), pengerasan pembuluh darah (aterosklerosis), kolesterol, gangguan jantung, penyakit kencing manis (diabetes mellitus), riwayat stroke dalam keluarga, migraine, dan sebagainya.
Di sisi lainnya stroke bisa dipicu oleh faktor resiko perilaku, meliputi merokok (baik sebagai perokok aktif atau pasif), pola dan jenis makanan tidak sehat (junk food, fast food), kebiasaan minum alkohol (Miras), kurang gerak atau jarang berolahraga, kebiasaan mendengkur, penggunaan kontrasepsi oral, penyalah gunaan Narkoba, dan kelebihan berat badan (yang berkembang menjadi obesitas).
Masih ada lagi pemicu stroke, yaitu suasana hati yang kurang tenang, tidak nyaman, galau, gundah-gulama, tertekan, kecewa, stress, depresi, selalu bergejolak dan sering berfluktuasi. Suasana hati menyangkut perasaan. Berbagai perasaan negatif seperti marah, benci, iri, dengki, kesal, bete, sebel, dendam, muak dan sebagainya, cenderung menimbulkan tekanan darah tidak stabil dan melonjak, sehingga akhirnya berpengaruh pada organ otak. Ternyata sekitar 80 persen pemicu stroke adalah hipertensi dan arteriosklerosis.
Sangat tepat jika mempelajari gejala awal stroke, baik untuk diri sendiri, orang tersayang yang ada di sekitar, maupun untuk masyarakat luas. Perdalam apa itu penyebab stroke, pencegahannya, pengobatan, hingga penatalaksanaan pemulihan serangan, maka dampak lebih jauh bisa dicegah secara efektif dan efisien.
Laksakanlah langkah-langkah preventif dengan menerapkan pola hidup, pola interaksi, pola kebiasaan, pola sikap, pola tindak, pola gerak, pola kata, pola pikir dan pola rasa yang sehat dan seimbang. (Atep Afia)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar